Jumat, 19 Juni 2015

SEKOLAH ITU TIDAK BUTUH NILAI UJIAN


Salam sobat jumpa lagi kali ini di blog saya, kali ini saya tertarik membahas tentang dunia pendidikan merespon belbagai artikel yang saya baca. Di dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan (Education Development Index, EDI), Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara pada 2011. Klik tautan

ini http://www.prestasi-iief.org/index.php/id/feature/68-kilas-balik-dunia-pendidikan-di-indonesia .


Tulisan ini tidak dibuat untuk mengkritik keterpurukan dunia pendidikan kita, fakta tersebut hanya lah sebagai wacana pembuka saja, dan setidaknya kita tau.

Seberapa penting Nilai Ujian di Indonesia


Jika parameter ukuran Jarak adalah meter, parameter tinggi adalah kaki, Parameter Suhu adalah derajat. Maka disini akan kita kupas mengenai para meter kecerdasan manusia,
betulkan hasil akhir dari nilai ujian disekolah menentukan parameter kecerdasan manusia ??

Ayo Kita bahas lebih lanjut dengan membagi kategori kecerdasan menjadi empat bagian 
  1. Kecerdasan Intelektual yaitu Kecerdasan dimana individu dapat memahami, menghafal dan menganalisa sesuatu     berdasarkan kemampuan IQ yang dia miliki.
  2. Kecerdasan Sosial/Interaksi yaitu Kecerdasan dimana individu dapat berinteraksi/bergaul dengan sosial atau lingkungannya
  3. Kecerdasan Mental yaitu Kecerdasan dimana individu dapat mengontrol kemampuannya dalam menghadapi              sebuah stres.
  4. Kecerdasan Emosional yaitu Kecerdasan dimana individu dapat mengontrol ego dan perasaannya dalam                         menghadapi          persaualan dalam proses hidup.
Sekilas memandang dan menjalani pendidikan yang ada di Indonesia, saya memiliki kesimpulan sendiri, Bahwa, nilai ukur kecerdasan seseorang itu untuk Indonesia tidak dapat diukur dengan melihat pada nilai ujiannya.

Ada beberapa alasan mengapa saya berpendapat seperti itu :

  1. karena sistem pengujian yang ada di Indonesia hanya bersifat tanya dan jawab, baik berupa esay maupun pilihan ganda, dan pilihan ganda kadang jawabanya bisa betul karena keberuntungan dia saja (contoh : bisa dilakukan pengundian dengan koin yang atas A yang bawah B tahu2 eh pas dapet jawaban yang betul. lagain kalau ditanya dan menjawab pertanyaan orang bisa ber BOHONG.
  2. Sistem pendidikan yang tidak meliputi ke empat unsur kecerdasan sebagai mana yang dimaksud diatas, pihak sekolah hanya fokus membina ke Kecerdasan inteletualnya saja, dengan materi pelajaran ini dan itu, memang ada pembinaan secara mental, sosial dan emisional tapi itukan ngak dimasukkan kurikulum ya jadi tidak masuk penilaian dalam ujiankan, ada sih guru yang masukin nilai kecerdasan mental dan emosional sebagai nilai tambahan ujian tapi persentase pengaruhnya dikit dalam nilai ujian, itupun hanya sebahagian kecil guru yang melakukannya. Jadi gampangnya dalam sistem pendidikan Indonesai Kecerdasan Mental, sosial dan emosional tidak di hitung dalam sistem penilian sekolah.

SEBERAPA PENTINGKAN KECERDASAN MENTAL, SOSIAL DAN EMOSIONAL DALAM MENENTUKAN ALUR HIDUP MANUSIA


Kadang tanpa sadar seseorang berfikir singkat bahwa seorang anak dengan telah mendapatkan rengking saja itu menandakan dia pintar, saya tidak bisa menyalahkan pendapat anda ini betul, tapi hanya menyentuh satu aspek kepintaran saja yaitu intelektualnya saja, untuk sementara ini sistem pendidikan di Indonesia yang kurang memadai disekolah itu belum harga mutlak, mengapa ya sebagaimana yang saya jelaskan diatas. 


Dan sebagaimana hidup kita tidak hanya dihadapkan dengan kualitas kepintaran IQ saja, tapi banyak beberapa hal yang mesti kita hadapi. dan itu pasti kita sadar tidak semua dapat di pecahkan dalam ilmu bahasa indonesia, matematia, kimia yang ada di sekolah kita saat ini. Dalam keadaan tertentu kita di hadapkan dengan keharusan menggunakan Kemampuan Mental, Sosial dan Emosional yang cerdas. 

Berikut ini akan saya uraikan Peranan penting nilai Kecerdasan Mental, Sosial dan Emosional Manusia :

a. Kecerdasan Sosial membangun Idealisme Positif

Pernah dengar poltikus sukses yang tidak pilu hatinya meliahat orang miskin kelaparan sementara dia kelebihan makanan, pernah lihat sarjana-sarjana pendidikan bahkan yang sudah jadi guru yang tidak membuat dia menengis melihat anak-anak jalanan yang bertebaran putus sekolah, pernah dengar berita seorang ibu tidak dapat mengobati bayinya yang sakit karena tidak punya uang lalu di usir di rumah sakit ???.


Itu contoh Kecerdasan sosial yang Kurang Otaknya pinter, tapi hatinya bodoh apakah ilmu yang dia dapat ini bermanfaat, saya tegaskan tidak sama sekali. Meraka sekolah politik tapi tidak mengamalkan membantu rakyat yang susah, mereka belajar ilmu guru tapi tidak di gunakan untuk mendidik, mereka belajar mengobati tapi tidak mau menolong orang yang sakit, yang ada di fikiran adalah bagaimana cara mendapatkan uang dan hidup mewah sampai ajal bukankah seharusnya itu bidangnya ilmu ekonomi pribadi ??? bukan bidang ilmu sosial atau lainya.


ini yang disebut kecerdasan sosial, sejauh mana ditanamkan dalam diri seseorang interaksi yang baik menjalin persahabatan, menyelamatkan sesama, selama masih hidup di dunia ini kecerdasan sosial perlu dimiliki, kecuali di liang lahat yang ada hanya cacing belaka, kita tidak perlu berjiwa sosial dengan cacing karena cacing secara alami akan tetap memakanmu.


Dalam beberapa dekade kedepan seiring hilangnya kecerdasan sosial negara kita akan hancur, karena apa ??? individualisme meningkat dan Nasionalisme hancur. Ingat bangsa Indonesia ini berbeda satu sama lain, yang mempersatukan kita hanya rasa sosial dan Nasionalisme jika tidak Indonesia mungkin akan hancur sudah.



b. Kecerdasan Mental membangun jiwa-jiwa kesatria


Kita pernah melihat orang bisu, tentu saja kita pernah melihat mereka. Saya ingin bertanya kepada kita semua, jika dalam keadaan berbahaya siapa yang paling gampang mendapat pertolongan orang yang bisa berteriak apa orang bisu ???, Jika punya keinginan sesuatu yang paling mudah mengungkapkan orang biasa atau orang bisu ???, Jika kita hebat dan pintar dan punya teori yang jenius kalau kita bisu apakah kita mampu menjelaskan seuruhya ???.


Pertanyaan diatas adalah ingin mengingatkan kembali kepada kita betapa berungtungnya kita karena kita tidak bisu. 


Lalu Apa hubungannya pertanyan diatas dengan mental, kalau secara abstrak ada, bisu adalah lambang lemahan mental seseorang, kamu hebat kamu jenius namun kamu penakut, maka tidak satupun ide mu dapat kamu terapkan ini berkenaan dengan mental, seberapa berani kita mengambil resiko dan menang.


Keberanian ini yang disebut kecerdasan mental, Kecerdasan mental Soekarno dan para pejuang lainnya menentukan Kemerdekaan Indonesia, Kecerdasan Mental mahasiswa menentukan Revormasi, dan lain2.


c. Kecerdasan Emosional membangun jiwa-jiwa yang bijaksana dan tidak gegabah


Kecerdasan emosional. Cerdas dalam mengambil tindakan masalah pacar tawuran, masalah sepak bola tawuran, masalah sakit hati bunuh diri. ini contoh kurangnya kemampuan seseorang dalam kecerdasan emosional.

SAYA YAKIN jika ke Empat unsur kecerdasan itu di terapkan dalam sistem dan kurikulum pendidikan Indonesia rakyat Indonesia akan jauh lebih cerdas menghadapi Era Modernitas kedepan.


PESAN SINGKAT

Dalam sebuah wancara dan surfey sederhana saya temukan kebanyakan setamat kuliah atau sekolah banyak manusia2 produk sekolah indonesia yang ngak punya arah tujuan, ada disuatu perkaderan awal dulu waktu masih mahasiswa sempat ada yang kebingungan menanyai Moto hidupnya:  "Kak Moto hidup saya apa...???" katanya he... he... sungguh sedih saya mendengarkan setelah tamat SMA jangan mentukan arah hidupnya mau jadi apa bahkan moto hidupnya pun dia tidak punya, jadi saya jadi bingung untuk apa dia hidup kalau tidak punya tujuan ya lebih baik mati aja donk he... he.... sory becanda, dan pernyataan saya mau kuliah dimana ya ? ini bukti tidak adanya perencanaan hidup akibat apa sekolah bertujuan nilai ujian saja ? sekali lagi sekolah di Indonesia tidak memberika kesan moral, sosial dan emosional makanya jadi begini, mereka tidak belajar dari hati, tapi dari tuntutan orang tua dan masyarakat.

sahabat-sahabat pembaca yang baik saya simpulkan nilai ujian/rengking itu tidaklah penting dalam menuntut ilmu bahkan tidak naik kelaspun bukan hal penting, yang penting adalah kemapuan personal yang dimiliki. yang meliputi Kecerdasan intelektiual, Sosial, emosional dan mental. 


Tegasnya  hal itu benar-benar mereka dapatkan dibangku pendidikan mereka selama 12 Tahun yang menyenangkan.

 bukan 12 Tahun yang melelahkan ha... ha.... 

Serta tidak kalah pentingnya arah tujuan hidup mereka disesuaikan dengan bakat dan minat yang mereka miliki, hingga mereka tidak menggap sekolah sebagai rumah tahanan dimana mereka disana melaksanakan sebuah kewajiban diluar keingingan mereka. 


Pendidikan yang efektif adalah secara alami sehingga mereka tidak merasakan itu sebagai beban tapi kewajiban. Mengenai pendidikan alamiah akan saya bahas pada artikel berikutnya..... selamat menunggu. :)

Wassalam,


kritik dan saran saya harapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar