Hai kawan, maaf lama
ngak membuat posting baru. Maklumlah beberapa minggu awal bulan ramadan kemarin
saya banyak pekerjaan-pekerjaan yang harus saya selesaikan dikantor. Lagi pula
istri saya juga baru hamil muda jadi saya kemarin masih sibuk mengurusinya.
By the way, sob saya
pernah berjanji ingin menulis tentang Pendidikan
Alamiah/Natural Education baik disini saya tepati.
MANUSIA
ITU BELAJAR DEMI SEBUAH INTERAKSI DAN ADAPTASI
Manusia memiliki sifat alaminya untuk belajar, disengaja ataupun tidak kita akan selalu belajar, disuruh apapun tidak kita sebagai manusia kita akan tetap belajar. Kenapa kita belajar ??? karena manusia adalah mahluk hidup, mahluk hidup itu memiliki kewajiban dalam interaksi dan adaptasi, lalu manusia di berikan anugerah akal yang melebihi makhluk-makhluk lain bumi, disini kita belajar dengan kelebihan otak yang dimiliki dan ini membuat manusia belajar dengan baik dibandingkan mahluk lain karena kelebihan otak yang kita miliki.
Contoh : “Kita sejak dilahirkan di dunia kita sudah mulai belajar setidaknya
bagaimana mengingat wajah orang, bagaimana caranya berjalan seperti manusia
lain, dan bagaimana caranya agar kita dapat berkomunikasi dengan yang lain,
lalu kita bisa bicara bisa berjalan bisa berkendaraan, bisa berbelanja dst, Kerena
Ini dibutuhkan untuk proses adaptasi dan
interaksi “.
Lalu
kenapa ada wacana seorang manusia yang malas belajar, manusia yang tidak suka pelajaran matematika
dan bahasa Inggris, serta manusia yang takut kalau dikatakan untuk menghapal
pelajaran dan lebih baik nyontek dari pada belajar. Jawabanya simpel karena
mereka menganggap pelajaran itu adalah menyiksa mereka membuat kepala mereka
pecah dan mual, Pelajaran sekolah adalah hantu.
INGAT kata-kata
terakhir saya “Pelajaran di Sekolah
Seperti Hantu”
MENGAPA
PELAJARAN SEKOLAH DIANGGAP SEBAGAI HANTU ?
Ada dua faktor yang menurut saya mempengaruhi sistem pelajaran di sekolah kenapa bisa menjadi hantu bagi siswa :
1.
Pola
Fikir yang terbentuk
2.
Suasana
lingkungan
1. Pola
Fikir Yang Terbentuk
Kembali membahas adaptasi manusia. Manusia
dalam proses adapatasi dan interaksinya dengan lingkungan sekitarnya baik sadar
maupun tidak kita manusia membagi masalah menjadi 6 (enam) bagian :
a.
Sangat
Penting serta Mendesak
b.
Sangat
Penting
c.
Penting
d.
Biasa
e.
Tidak
Penting
f.
Dan
sangat Tidak penting sama sekali.
Jadi bagaimana mereka memandang
pelajaran di sekolah ? bagian Sangat pentingkah ??? atau Biasa kah ???, atau
jangan-jangan malah tidak penting ??? . Kategori penting dan tidak pentingnya
mereka menilai pelajaran disekolah itu tergantung
pada interaksi apa dan adaptasi apa yang akan mereka hadapi.
Contoh :
Seorang anak yang kehidupan dilingkungan
keras dan lingkungan yang mengandung paham Premanisme, maka pelajaran bahasa
inggris bisa jadi menyeramkan bagi manusia (karena disini pelajaran bahasa
inggris dianggap biasa/tidak terlalu penting), pada lingkungan ini seni bela
diri lebih mudah dipelajarinya soalnya ini dianggap sangat penting dalam upaya
mereka menghadapi interaksi dan adaptasi yang keras di lingkungan berpaham premanisme.
Berbeda jika ia hidup di Wilayah Wisata
Bali dengan banyak barang bercorak seni budaya yang akan di jual kepada turis
internasional di sekitarnya maka pelajaraan bahasa inggris merupakan hal yang
penting mereka pelajari, dan akan dengan mudah bagi mereka untuk
mempelajarinya.
Jadi ini juga merupakan jawaban mengapa
seseorang mudah lupa rumus Phytagoras yang dipelajari di dua jenjang pendidikan
yaitu SLTP dan SLTA, karena ini jarang sekali kita butuhkan dalam adaptasi dan
interaksi di dalam hidup walaupun ini juga penting untuk kita Tahu. Namun berbeda
dengan pelajaran tentang Persentase kita masih ingat sampai kini karena itu
sering kita hadapi didalam kehidupan kita sehari-hari.
Jadi
kapan pelajaran sekolah itu menjadi hantu atau siksaan bagi manusia, yaitu saat mereka menggap pelajaran
disekolah itu sebagai hal yang tidak begitu Penting (atau penting namun belum
mereka butuhkan), biasa, Tidak penting atau bahkan tidak penting sama sekali,
tergantung pola interaksi dan adaptasi lingkungan yang mereka hadapi, lalu mencetak
pola fikir atau bahasa inggrisnya mind
set yang diperioleh dari lingkungan dan terakhir mencetak respon atau
tindakan.
2. Suasana
lingkungan
Susana
lingkungan menentukan keputusan manusia bagaimana mereka harus berinteraksi,
sebagiamana saya contohkan diatas anak yang hidup dilingkungan premanisme akan
memutuskan tidak belajar bahasa inggris, sedangkan anak yang hidup dilingkungan
perdagangan dimana Wisatawan Asing datang akan memutuskan untuk serius belajar
bahasa inggris.
Menyibak
hal itu saya mengungkap fakta di lingkungan kita, oke saya bahas dilingkungan
sekolah dahulu pertama susana yang tebangun disekolah kadang bukan suasana
kelimuan yang mendominasi siswa/i, saya berani beranggapan bahwa suasana yang
mendominasi keadaan dan suasana hati siswa/i adalah suasana percintaan.
Saya jamin
akan sedikit pembahasan mereka jika bertemu bersama kawan-kawan dikantin
tentang bagaimana Soekarno dan Hatta berjuang dengan lobi-lobi jepang hingga
akhirnya Indonesia merdeka, atau bagaimana caranya memahami gaya perkembang
biakan serangga apakah dia bertelur atau hamil dan mengapa bisa ada anak kembar
dimuka bumi, atau susasana keilmuan lain, seperti bagaimana cara membuat film kartun
bagaimana cara Amerika membuat kapal terbang tanpa awak.
Yang
terlintas disaat kawan-kawan sekolah duduk bersama adalah bagaimana caranya
mendapatkan cewek cantik ini dan itu, atau bagi yang cewek bagaimana caranya
untuk membuat si dia sangat-sangat jatuh cinta pada kita.
Dalam
suasana sekolah seperti itu maka otak akan mengambil kesimpulan bahwa pelajaran
bahasa inggris tidak penting, pelajaran sejarah tidak penting, yang terpenting
mereka bisa romantis hmmmm ya. Karena jika tidak romantis dan baik hati mereka
akan tidak punya pacar dan ini merupakan kegagalan mereka dalam interaksi
sosial di sekolah, padahal tujuan sekolah bukan mendidik mereka pacaran bukan
?, tanpa sengaja keadaan itu terbangung.
Saya akui
itu bukan niat sekolah untuk membuat suasana seperti itu, namun sausana itu terbangun dari luar sekolah, satunya dari
Televisi terlalu banyak menyorot tentang hubungan percintaan, apalagi
percintaan dilingkungan sekolah, padahal disekolah itukan belajar bukan untuk
pacaran, Televisi salah mendefenisikan sekolah. Dan juga kedua adalah lagu-lagu
galau yang mendewakan cinta melebihi segalanya.
Jika anda
tidak setuju dengan pendapat saya tentang cinta serius anda telah terserang
virus juga, sebenarnya ada hal yang jauh lebih menarik dari pada cinta, tapi
saya tidak tahu kenapa cinta menjadi bahan pembicaraan utama dilingkungan saat
ini, saya khawatir ini adalah propoganda sebahagian pihak untuk menghilangkan
fokus kita kepada pembangunan bangsa.
Yang
menjadi pertanyaan seberapa seriuskah sebuah sekolah mengelola situasi
lingkungan, kelompok-kelompok diskusi dan forum-forum keilmuan perlu diadakan
disekolah, jangan hanya memberikan catatan saja kepada siswa tapi membangun
suasana sekolah yang penuh suasana ilmu.
Berikut ini
lebih daetail saya akan membahas tentang pengaruh Alam dan Lingkungan seorang
Manusia dalam proses belajar.
PENGARUH
ALAM DAN LINGKUNGAN SEORANG MANUSIA DALAM PROSES BELAJAR
Sekelumit penjelasan diatas telah dapat kita hubungkan sebenarnya pengaruh Alam/Lingkungan terhadap kehidupan seorang manusia. Alam memberikan kita sebuah situasi untuk kita respon, kita lihat di suku pedalaman seperti kubu dan suku lainya yang masih hidup dengan cara primitif manusia tertempa sebagai pelari cepat, tubuh yang kekar bahkan sering di asumsikan memiliki kemampuan megic,berbeda dengan kota manusia tidak akan mempunyai kempuan yang sama dengan suku yang masih tinggal di rimba secara primitif.
Dari contoh diatas
dapat di logikakan Pada intinya manusia itu sama namun lingkungan lah yang
merubahnya, jadi pendidikan terbesar seorang adalah pada alamnya, kita
senantiasa belajar pada dasarnya
BELAJARLAH
DENGAN SESUAI DENGAN NALURI KITA SEBAGAI MANUSIA
Manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan pasti senantiasa belajar baik secara sadar maupun tidak
lalu bagaimana maksud saya dengan belajar dengan nalurinya sebagai manusia ???
. Manusia berbeda satu sama lain
walaupun anak dan bapak tetap ada bedanya.
Tugas pengajar adalah
melihat dimana bakat dan minat seorang anak tersebut, faktor psikologis sering
diabaikan dalam proses belajar dan mengajar, ada seseorang yang memaksakan
anaknya untuk belajar ilmu kedokteran padahal belum tentu anaknya minat disana
akibatnya stres pun muncul dan hasil akhirnya tidak dapat dimilikinya secara
optimal.
Ada pula yang
membangun minat seorang anak tersebut tanpa memandang bakatnya, ini sebuah
kesalahan fatal kita membangun minat kepada peserta didik dengan minat yang
tinggi padahal belum tentu dia memilikinya,
bagaimanapun setiap
orang belum tentu hebat disemua lini bahkan walaw dipaksakan sekalipun seorang
yang contohnya anak yang berbakat dibidang seni suara dan tidak berbakat
dibidang seni rupa tidak dapat dipaksakan belajar dan sukses di bidang seni
rupa dan jika kita paksakan juga tentu hasilnya tidak akan maksimal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar