Rabu, 15 Juli 2015

BAGAIMANA PROSES BELAJAR MANUSIA YANG MANUSIAWI MENURUT SAYA (PENDIDIKAN ALAMIAH / NATURAL EDUCATION)

Hai kawan, maaf lama ngak membuat posting baru. Maklumlah beberapa minggu awal bulan ramadan kemarin saya banyak pekerjaan-pekerjaan yang harus saya selesaikan dikantor. Lagi pula istri saya juga baru hamil muda jadi saya kemarin masih sibuk mengurusinya.

By the way, sob saya pernah berjanji ingin menulis tentang Pendidikan Alamiah/Natural Education baik disini saya tepati.



MANUSIA ITU BELAJAR DEMI SEBUAH INTERAKSI DAN ADAPTASI


Manusia memiliki sifat alaminya untuk belajar, disengaja ataupun tidak kita akan selalu belajar, disuruh apapun tidak kita sebagai manusia kita akan tetap belajar. Kenapa kita belajar ??? karena manusia adalah mahluk hidup, mahluk hidup itu memiliki kewajiban dalam interaksi dan adaptasi, lalu manusia di berikan anugerah akal yang melebihi makhluk-makhluk lain bumi, disini kita belajar dengan kelebihan otak yang dimiliki dan ini membuat manusia belajar dengan baik dibandingkan mahluk lain karena kelebihan otak yang kita miliki.



Contoh : “Kita sejak dilahirkan di dunia kita sudah mulai belajar setidaknya bagaimana mengingat wajah orang, bagaimana caranya berjalan seperti manusia lain, dan bagaimana caranya agar kita dapat berkomunikasi dengan yang lain, lalu kita bisa bicara bisa berjalan bisa berkendaraan, bisa berbelanja dst, Kerena Ini dibutuhkan untuk proses adaptasi dan interaksi “.


Lalu kenapa ada wacana seorang manusia yang malas belajar, manusia yang tidak suka pelajaran matematika dan bahasa Inggris, serta manusia yang takut kalau dikatakan untuk menghapal pelajaran dan lebih baik nyontek dari pada belajar. Jawabanya simpel karena mereka menganggap pelajaran itu adalah menyiksa mereka membuat kepala mereka pecah dan mual, Pelajaran sekolah adalah hantu.

INGAT kata-kata terakhir saya “Pelajaran di Sekolah Seperti Hantu”



MENGAPA PELAJARAN SEKOLAH DIANGGAP SEBAGAI HANTU ?


















Ada dua faktor yang menurut saya mempengaruhi sistem pelajaran di sekolah kenapa bisa menjadi hantu bagi siswa :
1.    Pola Fikir yang terbentuk
2.    Suasana lingkungan

1.   Pola Fikir Yang Terbentuk
Kembali membahas adaptasi manusia. Manusia dalam proses adapatasi dan interaksinya dengan lingkungan sekitarnya baik sadar maupun tidak kita manusia membagi masalah menjadi 6 (enam) bagian :
a.    Sangat Penting serta Mendesak
b.    Sangat Penting
c.    Penting
d.    Biasa
e.    Tidak Penting
f.     Dan sangat Tidak penting sama sekali.

Jadi bagaimana mereka memandang pelajaran di sekolah ? bagian Sangat pentingkah ??? atau Biasa kah ???, atau jangan-jangan malah tidak penting ??? . Kategori penting dan tidak pentingnya mereka menilai pelajaran disekolah itu tergantung pada interaksi apa dan adaptasi apa yang akan mereka hadapi.
Contoh :
Seorang anak yang kehidupan dilingkungan keras dan lingkungan yang mengandung paham Premanisme, maka pelajaran bahasa inggris bisa jadi menyeramkan bagi manusia (karena disini pelajaran bahasa inggris dianggap biasa/tidak terlalu penting), pada lingkungan ini seni bela diri lebih mudah dipelajarinya soalnya ini dianggap sangat penting dalam upaya mereka menghadapi interaksi dan adaptasi yang keras di lingkungan berpaham premanisme.

Berbeda jika ia hidup di Wilayah Wisata Bali dengan banyak barang bercorak seni budaya yang akan di jual kepada turis internasional di sekitarnya maka pelajaraan bahasa inggris merupakan hal yang penting mereka pelajari, dan akan dengan mudah bagi mereka untuk mempelajarinya.

Jadi ini juga merupakan jawaban mengapa seseorang mudah lupa rumus Phytagoras yang dipelajari di dua jenjang pendidikan yaitu SLTP dan SLTA, karena ini jarang sekali kita butuhkan dalam adaptasi dan interaksi di dalam hidup walaupun ini juga penting untuk kita Tahu. Namun berbeda dengan pelajaran tentang Persentase kita masih ingat sampai kini karena itu sering kita hadapi didalam kehidupan kita sehari-hari.

Jadi kapan pelajaran sekolah itu menjadi hantu atau siksaan bagi manusia, yaitu saat mereka menggap pelajaran disekolah itu sebagai hal yang tidak begitu Penting (atau penting namun belum mereka butuhkan), biasa, Tidak penting atau bahkan tidak penting sama sekali, tergantung pola interaksi dan adaptasi lingkungan yang mereka hadapi, lalu mencetak pola fikir atau bahasa inggrisnya mind set yang diperioleh dari lingkungan dan terakhir mencetak respon atau tindakan.

2.   Suasana lingkungan
Susana lingkungan menentukan keputusan manusia bagaimana mereka harus berinteraksi, sebagiamana saya contohkan diatas anak yang hidup dilingkungan premanisme akan memutuskan tidak belajar bahasa inggris, sedangkan anak yang hidup dilingkungan perdagangan dimana Wisatawan Asing datang akan memutuskan untuk serius belajar bahasa inggris.

Menyibak hal itu saya mengungkap fakta di lingkungan kita, oke saya bahas dilingkungan sekolah dahulu pertama susana yang tebangun disekolah kadang bukan suasana kelimuan yang mendominasi siswa/i, saya berani beranggapan bahwa suasana yang mendominasi keadaan dan suasana hati siswa/i adalah suasana percintaan.

Saya jamin akan sedikit pembahasan mereka jika bertemu bersama kawan-kawan dikantin tentang bagaimana Soekarno dan Hatta berjuang dengan lobi-lobi jepang hingga akhirnya Indonesia merdeka, atau bagaimana caranya memahami gaya perkembang biakan serangga apakah dia bertelur atau hamil dan mengapa bisa ada anak kembar dimuka bumi, atau susasana keilmuan lain, seperti bagaimana cara membuat film kartun bagaimana cara Amerika membuat kapal terbang tanpa awak.

Yang terlintas disaat kawan-kawan sekolah duduk bersama adalah bagaimana caranya mendapatkan cewek cantik ini dan itu, atau bagi yang cewek bagaimana caranya untuk membuat si dia sangat-sangat jatuh cinta pada kita.

Dalam suasana sekolah seperti itu maka otak akan mengambil kesimpulan bahwa pelajaran bahasa inggris tidak penting, pelajaran sejarah tidak penting, yang terpenting mereka bisa romantis hmmmm ya. Karena jika tidak romantis dan baik hati mereka akan tidak punya pacar dan ini merupakan kegagalan mereka dalam interaksi sosial di sekolah, padahal tujuan sekolah bukan mendidik mereka pacaran bukan ?, tanpa sengaja keadaan itu terbangung.

Saya akui itu bukan niat sekolah untuk membuat suasana seperti itu, namun sausana itu terbangun dari luar sekolah, satunya dari Televisi terlalu banyak menyorot tentang hubungan percintaan, apalagi percintaan dilingkungan sekolah, padahal disekolah itukan belajar bukan untuk pacaran, Televisi salah mendefenisikan sekolah. Dan juga kedua adalah lagu-lagu galau yang mendewakan cinta melebihi segalanya.

Jika anda tidak setuju dengan pendapat saya tentang cinta serius anda telah terserang virus juga, sebenarnya ada hal yang jauh lebih menarik dari pada cinta, tapi saya tidak tahu kenapa cinta menjadi bahan pembicaraan utama dilingkungan saat ini, saya khawatir ini adalah propoganda sebahagian pihak untuk menghilangkan fokus kita kepada pembangunan bangsa.

Yang menjadi pertanyaan seberapa seriuskah sebuah sekolah mengelola situasi lingkungan, kelompok-kelompok diskusi dan forum-forum keilmuan perlu diadakan disekolah, jangan hanya memberikan catatan saja kepada siswa tapi membangun suasana sekolah yang penuh suasana ilmu.

Berikut ini lebih daetail saya akan membahas tentang pengaruh Alam dan Lingkungan seorang Manusia dalam proses belajar.


PENGARUH ALAM DAN LINGKUNGAN SEORANG MANUSIA DALAM PROSES BELAJAR

Sekelumit penjelasan diatas telah dapat kita hubungkan sebenarnya pengaruh Alam/Lingkungan terhadap kehidupan seorang manusia. Alam memberikan kita sebuah situasi untuk kita respon, kita lihat di suku pedalaman seperti kubu dan suku lainya yang masih hidup dengan cara primitif manusia tertempa sebagai pelari cepat, tubuh yang kekar bahkan sering di asumsikan memiliki kemampuan megic,berbeda dengan kota manusia tidak akan mempunyai kempuan yang sama dengan suku yang masih tinggal di rimba secara primitif.

Dari contoh diatas dapat di logikakan Pada intinya manusia itu sama namun lingkungan lah yang merubahnya, jadi pendidikan terbesar seorang adalah pada alamnya, kita senantiasa belajar pada dasarnya


BELAJARLAH DENGAN SESUAI DENGAN NALURI KITA SEBAGAI MANUSIA

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan pasti senantiasa belajar baik secara sadar maupun tidak lalu bagaimana maksud saya dengan belajar dengan nalurinya sebagai manusia ??? . Manusia  berbeda satu sama lain walaupun anak dan bapak tetap ada bedanya.

Tugas pengajar adalah melihat dimana bakat dan minat seorang anak tersebut, faktor psikologis sering diabaikan dalam proses belajar dan mengajar, ada seseorang yang memaksakan anaknya untuk belajar ilmu kedokteran padahal belum tentu anaknya minat disana akibatnya stres pun muncul dan hasil akhirnya tidak dapat dimilikinya secara optimal.

Ada pula yang membangun minat seorang anak tersebut tanpa memandang bakatnya, ini sebuah kesalahan fatal kita membangun minat kepada peserta didik dengan minat yang tinggi padahal belum tentu dia memilikinya,



bagaimanapun setiap orang belum tentu hebat disemua lini bahkan walaw dipaksakan sekalipun seorang yang contohnya anak yang berbakat dibidang seni suara dan tidak berbakat dibidang seni rupa tidak dapat dipaksakan belajar dan sukses di bidang seni rupa dan jika kita paksakan juga tentu hasilnya tidak akan maksimal



Tidak ada komentar:

Posting Komentar